Parepare, zona-pantau.com — Pagi yang cerah. Kami menemui sosok pensiunan pendidik yang masih energik di sebuah warkop, Senin (14/10/2024).
Namanya, Tri Astoto Kodarie, beliau adalah seorang toko pendidikan di Kota Parepare dan juga sastrawan nasional.
Pak Tri, begitulah masyarakat Kota Parepare menyapanya.
Beliau sudah sangat familiar dimata masyarakat Kota Parepare khususnya dibidang pendidikan.
Di Kota Parepare, Tri Astoto sudah mengabdi selama 40 tahun dan malang-melintang dengan berbagai prestasi membawa nama Parepare ke tingkat nasional.
Sekolah-sekolah yang dibinanya selalu menjadi idaman para orang tua untuk memasukan anaknya di sekolah binaannya tersebut.
Walau sebelumnya, sekolah yang dibinanya bukanlah sekolah favorit, bahkan kekurangan dan mencari siswa.
Saat ditanya, Bagaiamana pendidikan kita saat ini.
Beliau secara spontan menjawab dengan mengatakan, Pendidikan kita sedang tidak baik-baik saja.Itu secara nasional, juga di Parepare.
Dia menyebut, Maraknya bullying, tawuran antar pelajar, kekerasan di lingkungan sekolah cukup masif mewarnai banyak pemberitaan di media.
Untuk Parepare kita belum melihat kemajuan pendidikan secara signifikan dalam 10 tahun terakhir.
Inovasi memajukan sekolah berbasis kekuatan dan kelemahan sekolah belum banyak dilakukan.
Sama halnya, Rencana Anggaran Belanja Sekolah belum berbasis kebutuhan siswa dan peningkatan kapasitas guru.
“Anggaran dari dana BOS dan APBD harusnya berpihak pada siswa dan guru,” papar Tri.
Menurutnya, kemajuan pendidikan di Kota Parepare tidak nampak itu dikarenakan bayak hal.
“Pertama pola rekrutmen Kepala Sekolah yang tidak berdasar telaah kapasitas calon yang akan diangkat, termasuk tidak sesuai aturan Kemendikbud yang harus menjadi acuan,” katanya.
Selain itu rata-rata sekolah baru menonjolkan prestasi lomba, tapi bukan pada kemampuan meningkatkan kapasitas sekolah dan warganya.
Bagi sekolah yang dianggap favorit, ya itu memang dari dulu sudah melekat disukai banyak siswa, namun akselerasi dengan siswa unggul itu sangat minim untuk dikembangkan.
“Adakah sekolah sekarang yang berani memberi jaminan kepada orang tua, bila lulus anaknya bisa memilih sekolah atau perguruan tinggi yang diinginkan karena memang lulusannya terbaik,” ungkapnya.
Masih ada waktu untuk membenahi pendidikan, ungkap mantan Kasek penerima Adiwiyata Mandiri di Istana Bogor pada 2015 lalu.
“Untuk ke depan saya menaruh harapan besar kepada ANH-TQ selaku calon Walikota untuk memajukan pendidikan di Kota Parepare yang saya mulai geluti bidang pendidikan sejak tahun 1982,” ujarnya.
Selain memiliki visi misi yang jelas untuk pendidikan, tetapi juga memberi angin segara bagi kemajuan seni dan budaya dengan rencana mendirikan “public space” di tiap Kecamatan.
Ini jelas mengakselerasi tumpuan pendidikan anak-anak dari sisi afektif dan psikomotorik.
“Anak dan remaja bukan hanya sekedar diberi kemampuan kognitif yang selama ini masih dilakukan di sekolah, namun anak dan remaja butuh pembinaan sesuai bakat dan minat yang dimiliki,” terang Tri.
“Pertama Andi Nurhaldin lulusan D3 dan S1 di Australia.
Tentu saja pengalaman pendidikan di Australia akan dapat memberikan warna pada sistem pendidikan di Parepare.
Pendidikan di Australia merupakan salah satu yang terbaik di dunia, setelah Amerika dan Inggris.
Semua tentu mendambakan peningkatan kualitas sumber daya manusia luaran dari Parepare.
Saya yakin ANH dan TQ akan memberikan yang terbaik untuk pendidikan di Parepare, termasuk menyediakan fasilitas sport center, lapangan sepak bola dan sirkuit balap motor.
“ANH-TQ amat menyadari generasi emas Parepare untuk lebih diberikan ruang dan akses menuju Indonesia Emas 2045,” pungkas sastrawan nasional ini.(aji).